Cerita berlanjut ketika kampus dimana aku mengabdi memanggil semua dosen yang seharusnya kuliah S3. Ada banyak di awal, hampir 20 orang. Dengan berbagai alasan dan pertimbangan juga , akhirnya yang terus berlanjut sampai saat ini ada 9 orang. Seharusnya 10 orang, tapi karena 1 orang akhirnya pindah kampus, sehingga kami tinggal 9 orang. Kami dikenalkan dengan kampus kami ini oleh seseorang, bisa dikatakan sebagai perantara, dari kampus Universitas Teknologi Nusantara (UTN) Serang.
Diawal perjalanan menuju ke kampus tempat kami menempuh ilmu ini, banyak yang memberikan opini untuk coba berpikir ulang. Apakah benar mau berangkat ? Apakah benar akan diakui oleh DIKTI? dan banyak pertanyaan yang lain. Kalau dari aku sendiri, yang namanya cari ilmu di mana pun pasti banyak tantangan, banyak penghalang. Entah itu dari dalam diri sendiri atau dari luar. Akhirnya sembilan orang ini tetap berangkat dan mempersiapkan segala sesuatu ditengah, yang kata orang “ketidakjelasan” itu.
Karena ini yang pertama bagi Stikom Surabaya, bagi kami (9 orang yang menjalaninya), dan bagi kampus ini (Universitas Malaysia Pahang – UMP), memang ada ketidaksinkronan informasi yang diterima. Persyaratan awal kami sudah berusaha untuk penuhi, seperti pengurusan surat ijin belajar dari Kampus, Lapor ke Kopertis dan cek ke Setneg apakah kampus ini diakui atau tidak jika kami lulus dari sini. Hampir semua syarat bisa kami penuhi, tinggal satu syarat yang “susah” untuk dilalui. Syarat yang bagi hampir seluruh mahasiswa merupakan “momok”, nilai sertifikasi bahasa, entah itu IELTS atau IBT TOEFL.
Awal persiapan untuk ujian IBT TOEFL agak lupa, karena ketika aku dikirim belajar bahasa di Jakarta dulu sudah lama terlewati, dan nilai yang aku miliki sudah tidak berlaku (karena cuma bertahan 2 tahun). Dengan bekal dari belajar dan ujian IELTS itulah aku nekat untuk ikut ujian IBT TOEFL tanpa kursus terlebih dahulu. Tidak yakin dengan hasilnya, karena memang ketika pelaksanaan ujian aku merasa sangat kurang, tapi Alhamdulillah nilaiku cukup untuk bisa masuk ke kampus baru ini. Tapi sayangnya, masih banyak teman-temanku yang lain belum berhasil.
To be continued…